“Ah, aku merasa ini hanya mimpi belaka, menjadi penulis? Kurasa orang seperti aku tak akan mampu. Aku terlalu tinggi menggantungkan impian ini, bahkan jauh dalam pikiranku untuk menafsirkan sebuah kesakitan jika harus terjatuh.” Gerutuku dalam hati.
Satu
pemberitahuan muncul di facebookku, dari Adinda Zetya Salsabila, sekarang fbnya
berganti Endang Indri Astuti. Isinya suruh join di group Antologi Es Campur.
Setelah aku cari tahu ternyata itu group kepenulisan, sekian lama aku
mengabaikan pemberitahuan tersebut. Nyatanya sudah terkubur rapat mimpiku,
orang-orang selalu mengatakan baahwa aku tak pantas menjadi penulis. Berteman dengan
makian mereka, membuatku semakin down dan bingung harus bagaimana. Lagi-lagi,
kak Endang sms aku, ya karena kami sudah mengenal, sebab kami satu perkumpulan
Aremania. Dia menanyakan aku suka menulis tidak, beberapa lomba pun juga
ditawarkannya. Lagi-lagi pula aku sama sekali tidak menghiraukannya.
Hari
Minggu, paling enak memang jika digunakan untuk CFD’an, cie bahasanya anak
muda, padahala intinya cuma jalan-jalan di area perkotaan yang setiap Minggu
paginya bebas dari mobil sampai pukul 09:00. Aku kencan sama kak Endang dihari
itu, hah kencan? Maklum kita kan AKJ, Aremanita Korwil Jomblowati :D. Dia
ngomong panjang lebar masalah group kepenulisan, ah seru campur menyakitkan
bagiku. Tapi, entah ada malaikat dari surga Firdaus yang mengajakku
bercengkerama melalui ilusi. Apaan ilusi? Anggap saja bayangan. Pokoknya
begitulah, jangan banyak tanya ya, takut ngabisin waktu. Tiba-tiba aku tersadarkan,
usut punya usut omongannya kak Endang menginspirasi juga. Mulai tarik napas,
tiga kali lah biar afdhol.
“Heh kok ngelamun?” gertak kak Endang
“Nggak papa kak, kamu mampu menghipnotisku, aku
harus semangat nulis ya buat wujudin mimpiku?” jawabku dengan nada
menggebu-gebu
“Iyalah, nggak ada kali jadi penulis instan, emang
mie? Kita harus usaha, timbulin semangat, awas aja kalau pulang dari ketemu aku
masih nggak mau nulis, jangan harap jadi penulis!!” balas kak Endang sekaligus mengandung
nasihat
Jalanan
mulai ramai, aku bergegas kembali ke kota asalku, Ngayogyakarta Hadhiningrat.
Lhoh emang tadi dimana? Ngilang ke Klaten bersinar ngapelin kak Endang.
Berhenti aku di sebuah rumah makan Ramen, menjelma dulu jadi Naruto. Sambil
menikmati Ramen, aku melihat hiasan bunga Sakura yang indah di dinding. Hatiku membatin,
“Aku harus kesana!” dan kupikir semua terjadi bila aku menjadi orang sukses,
salah satunya sebagai penulis. Benar kata kak Endang, aku tidak boleh punah
atas makian, aku bisa menulis kembali, asalkan yakin semuanya akan terlaksana.
Cepat-cepat aku membuka facebook, langsung aku join group Antologi Es Campur,
eh nggak tahunya nama PJ nya kak Anisa. Widih, namanya sama kayak aku lho, harus
lebih semangat ini. Disitulah cikal bakalku untuk membangun kembali mimpiku.
Ya, menulis itu menyenangkan, sebab sebagai perwakilan mulut yang tak mampu
bicara, dan mampu menyelami dasar logika kita.