Entri Populer

Sabtu, 28 Maret 2015



PUISI PELANGI AE TAHAP 7 “KARTINI INDONESIA”
EMANSIPASI
Oleh : Annisa Siwi Prastiwi

1/
Lihat aku manusia tak bertuan, mungkinkah kau rasa perilakumu sekeras bebatuan? Coba tengok sebentar perasaan kami, yang ingin menyelipkan pada hujan tentang musim semi. Bertahun kami terkurung dirumah bambu, tua dan butuh suatu hal baru dari sebuah rambu, dimana mampu mengajak kami membuka mata, atas perlakuan hidup yang tak rata. Kami tercipta dalam hati yang haus, iya haus akan cerita baru jauh dari aus, disitu kami dapat melukiskan harapan, agar perjalanan menjadi lengkap berkecukupan.
2/
Pagar-pagar itu tetap menjulang tinggi, meskipun pagi sudah bertemu pagi, kurasa impian kami hanya akan menggigil mati, penuh dengan racun-racun belati. Suasana layaknya hati yang padam, kembali menata harapan supaya tak padam, ah kami butuh emansipasi, seperti bayi haus akan ASI. Dimana letak kebangkitan? Jika harus bersembunyi dalam menganyam rotan, bahkan kekuasaan berbicara atas kami yang terbelakang, dibawah senja ini kami selalu terkekang. Bunda mana penyelamat cerita tak lengkap? Kalaulah tangan-tangan bengis kelas kakap, merayu dan terus merayu waktu, biar memperlama hancurnya batu, ya mereka berkutat bersama bengunannya, sedang kami hanya bersama mimpi tak berartinya.
3/
Siapakah bunda wanita dengan paras ayu? Mendekat dengan kebijakannya merayu, menyingsingkan aral dihadapan kami, jiwa-jiwa tak berkemanusiaan mulai dibasmi. Sungguh cahanya ini mulai memancar, semakin purnama kurasa  begitu lancar, berarak menuju bulan, kami menatap terbukanya pintu untuk berjalan. Galap ini menghilang kawan, hati kita kini tenang tak perlu rawan, kau tau siapa? Sesederhana beliau yang tanpa apa, berteman bulatan tekad bara api, melengkapi cerita kami begitu rapi. Namamu melekat sayang, telah mengepakkan sayap kami untuk melayang, kau adalah kesuma jiwa, terutama bagi wanita saat ini berhias tawa, tak lepas dari perjuanganmu, ya kau adalah Kartini bagi hidup kami yang mulai teramu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar